}

Selamat Datang

kritik dan saran dari pembaca sangat kami butuhkan
"kripik pedas itu enak"

Wednesday 28 September 2011

Pondok Madani di novel "Negeri 5 Menara"

Suatu saat sering denger kalimat man jadda wajada. Kalau kita paham kalimat tersebut, maka kumpulan dari kata-kata tersebut akan menjadi senjata yang ampuh dalam mengarungi kehidupan ini. Siapa yang bersungguh-sungguh maka akan dapat/terlaksana/berhasil. Sungguh sebuah kalimat yang melecut semangat kita. Kata-kata tersebut sering muncul di sebuah novel karangan A. Fuadi, yang berjudul "Negeri 5 Menara".


Awalnya saya iseng2 browsing tentang novel tersebut, sepertinya menarik. Dan ternyata benar, setelah membaca beberapa rangkuman dari isi novel tersebut yang dishare oleh sebagian temen2 blogger, saya menjadi tertarik untuk membaca novel tersebut. Apalagi latar dari cerita tersebut sebagian besar di daerah yang dekat dengan kampung halaman saya. Di sebuah pondok yang berada di desa yang terletak di kabupaten ponorogo. Kabupaten ini berada tepat di sebelah selatan dimana saya di lahirkan, sebelah selatan kabupaten madiun. Dan saya sedikit tahu tentang pondok tersebut. Kalau di kampung saya pondok tersebut terkenal dengan sebutan Gontor Putra, kalo Gontor Putri ada di Mantingan, Ngawi. Waktu masih SMA sekitar kelas 2, saya pernah ikut studi banding ke gontor putra (dalam novel namanya Pondok Madani) tersebut, yang diadakan oleh SMA di mana saya belajar.


Subhanalloh, memang luar biasa pondok tersebut. Semangat santri-santrinya jempol deh…hilir mudik pegangan dari sebagian besar mereka adalah buku. Di kelas suasananya sangat hidup, mungkin dibandingan dengan kami begitu besar bedanya, kami sudah terbiasa dengan makan ikan secara langsung, dikasih kail dan umpan hanya didiamkan saja. Semangat belajar itulah yang dulu melatarbelakangi SMA saya untuk melakukan studi banding ke pondok tersebut. Di pondok tersebut jadwalnya tertata rapi, bukan hanya belajar tapi kegiatan ekstrakurikuler juga banyak. Salah satunya sepakbola. Seingatku waktu saya masih MTs, pernah lihat beberapa santri gontor tersebut, waktu itu mereka mengikuti liga yang diadakan oleh kecamatan tempat saya tinggal. Sebuah liga antar SSB yang ada di kabupaten madiun dan sekitarnya dalam bidang olahraga sepakbola yang diadakan setiap tahunnya. Mereka hampir tiap tahun mengikuti kejuaraan ini. Dan merupakan team yang disegani lawan2nya, vaforit juara berkat penampilannya yang menawan.


Kembali ke novel tersebut. Sabtu kemarin baru saja kelar baca novel Negeri 5 Menara. Sebenernya dah lama mulai bacanya. Pertama kali aku cari2 ebook nya bae. Praktis dan murah meriah.hehehe. Alhamdulillah ada temen yang kirim setelah aku update status kalo lagi cari ebook novel tersebut. Thanks to bapak al farisy (nama pena-nya).


Setelah baca beberapa halaman di depan PC, mata ini kayaknya udah gak kuat lagi..perih rasanya, akhirnya mulai malas buat baca lagi. Mau cari novelnya harus ke karang dulu, soalnya di earth of city kayaknya gak ada toko buku yang lengkap. Eh…tak disangka ternyata ada temen yang punya novelnya, Alhamdulillah. Thanks to my friend, yang telah meminjamkan novelnya ke saya. ---ketoke arek iki nah yo moh ragat---haha


Novel ini terinspirasi dari kisah nyata. Ada seorang anak minang yang bernama alif fikri, dia berangkat ke pondok tersebut karena keinginan amaknya (ibunya). Keinginan amaknya tersebut juga didukung oleh pamannya. Pamannya itu merupakan salah satu lulusan pondok tersebut. Bapaknya juga sebenarnya setuju dengan usulan amaknya, hanya saja bapaknya tersebut banyak diam. Alasan amaknya yaitu agar anak laki-lakinya tersebut bisa menjadi orang sukses yang tahu agama dan yakin kalau disana tak akan tertinggal juga dengan ilmu umum. Padahal anak tersebut cita-citanya setelah lulus madrasah mau meneruskan di SMA bukittinggi bersama temannya yang bernama Randai, SMA favorit disana. Tapi setelah diyakinkan orangtuanya serta pamannya, dia pun berangkat meninggalkan kampung halamannya, menyeberang pulau menuju sebuah desa di atas awan. Dimana Pondok Madani berdiri kokoh di sana.


Di pondok tersebut, dia ketemu dengan temannya yang di novel tersebut mereka disebut "sohibul menara", orang yang punya menara. Mereka hampir tiap sore berkumpul di bawah menara masjid di pondok tersebut. Mereka saling mengungkapkan mimpi2 mereka, indah sekali mimpi anak-anak yang begitu semangat menuntut ilmu di sebuah pondok yang sebenarnya tidak mengeluarkan sebuah ijasah. Sebuah pondok yang membekali santrinya tidak dengan ijasah, namun dengan pengetahuan, semangat, keikhlasan dan sebuah senjata –man jadda wajada-.


Sohibul menara tersebut adalah -dirinya- alif fikri dari minang, Raja yang berasal dari sumatera utara, Baso yang berasal dari Sulawesi, Atang yang berasal dari Bandung, Said yang berasal dari Surabaya dan Dulmajid yang berasal dari Madura. Mereka berbagi kesenangan dan duka bersama-sama. Ada yang kurang lancar dalam memahami materi yang diajarkan, lainnya akan membantu mencari solusinya. Ada temen yang kiriman dari orang tuanya sudah habis dan belum datang lagi, temen2 yang lain yang ikut membantu kebutuhan sehari-hari. Ada temen waktu liburan gak bisa pulang atau sekedar berlibur, ada temen yang mengajak maen kerumahnya sekalian liburan dan diajak berkunjung melihat kampus idaman temennya yang diajak tersebut, ITB Bandung. Bahkan mereka disuruh mengisi kajian yang diadakan di kampus tersebut. Dan masih banyak lagi kisah-kisah lainnya.


Bagaimana kisah selanjutnya serta seperti apakah suka duka mereka sekolah dan gambaran sebagian besar kehidupan di Pondok Madani???…selengkapnya dapat dibaca di "Novel Negeri 5 Menara".
#soalnya cerita detailnya udah agak2 lupa (padahal bacanya baru saja selesai), tebel juga sih novelnya#





Kotabumi, 28 September 2011
apep.emdeje 

2 comments:

  1. Baca sekuelnya pip...Ranah 3 Warna.. Ceritanya keren.. perjuangan mahasiswa ampe dapet beasiswa ke Kanada.. two thumbs up...

    ReplyDelete
  2. ini lagi cari2 mas
    *cari pinjeman maksudnya :D

    ReplyDelete