}

Selamat Datang

kritik dan saran dari pembaca sangat kami butuhkan
"kripik pedas itu enak"

Wednesday 23 May 2012

Ketika yang Dicintai Harus Pergi

Siang tadi, saat saya lagi makan siang di kantin kantor. Sebuah kotak bergambar dan bersuara sedang menyiarkan prosesi penghormatan kepada anggota/karyawan salah satu tv swasta. Kebetulan tadi yang saya liat trans7. Kalau tidak salah, ada 2 kru transcorp yang menjadi korban jatuhnya pesawat sukhoi di gunung salak ketika melakukan demo flight. Prosesnya seperti apa saya tidak begitu memperhatikan, karena waktu itu lagi ngobrol2 dan makan dengan beberapa pegawai yang lain.

Waktu mau bayar ke ibu nya, si ibu pemilik kantin bilang ke saya, “ya sedihlah ditinggal orang yang dicintai” , sambil mata si ibu berkaca2.
“ tapi ya harus gimana lagi, memang udah jalannya begitu”., tambah si ibu ketika saya belum bisa bilang apa2.

Saya tau maksud ibu itu gimana, pasti beliau teringat anaknya. Belum ada sebulan beliau ditinggal anaknya. Anak yang merupakan permata hidupnya. Anak yang sangat dicintainya, yang dibangga2kannya. Anak sholeh yang mau mendoakan orang tuanya. Anak yang diharapkan bisa menambah beratnya timbangan kebaikan di akhirat kelak. Perasaan ibu yang begitu dekat dengan anaknya. Karena anak adalah bagian dari hidupnya. Bayangkan seperti apa rasanya kalu bagian dari tubuh kita terlepas, pasti sakit, perih bahkan mungkin kita tak bisa menggambarkan seperti apa rasanya.
Anaknya meninggal akibat kecelakaan sekitar 2-3 minggu waktu pulang dari Bandar Lampung menuju rumah orang tuanya, Kotabumi.

“sabar bu, semua sudah ditakdirkan, sudah diatur”, kurang lebih hanya seperti itu yang bisa saya katakan. Saat itu juga dada saya merasa sesak, air mata pun hampir ikut keluar. Teringat saudara2 saya yang di rumah, teringat ibu saya yang dirumah, teringat nenek saya yang dirumah. Memori saya kembali ke sepuluh tahun yang lalu.

Sepuluh tahun yang lalu, dunia ini terasa gelap, dunia ini terasa tak adil, tidak tau harus ngapain waktu itu dan setelah itu, hampir saja atau bahkan mungkin saya tak percaya lagi sama tuhanku, Alloh. Menggapa semua itu harus terjadi pada kami. “tongkat pelita” penggerak keluarga kami harus pulang, tak ada sebulan disusul dengan “tongkat pelita” yang satunya lagi. Jadilah waktu itu seorang anak MTs kelas 2 menjadi lelaki tertua di rumah dan keluarganya.

Alhamdulillah, mereka sekeluarga bisa melewati masa2 sulit itu. Bisa menerima takdir Alloh. Bisa bersabar atas ujian yang diberikan. Alhamdulillah Alloh masih memberikan sanak saudara dan tetangga2 yang baik, yang mau saling membantu, saling mengingatkan.

Kematian, jodoh dan rejeki sudah ada yang mengatur, kita terima dengan ikhlas, bersyukur dan bersabar.


Tidak perlu berlarut2 dalam kesedihan, pasti semua ada jalan keluar, di balik kesusahan pasti ada kemudahan, Alloh punya rencana yang kita tidak tau. Coba bayangkan seperti apa perasaan orang2 di aceh sana waktu ada gempa dan tsunami 2004, orang2 padang waktu gempa 3 tahun silam. Bahkan beberapa dari mereka ada yang hampir kehilangan seluruh keluarganya. Cobaan, ujian mereka lebih berat daripada ibu itu, lebih berat daripada saya dan keluarga saya. Tapi mereka bisa bangkit, masa depan masih panjang.

Ya Alloh,
Semoga Engkau jaga seluruh keluargaku dari panasnya api nerakamu
Engkau tempatkan seluruh keluargaku di tempat terindah yang Engkau janjikan





Kotabumi, 23 Mei 2012
apep.emdeje

2 comments: